Saat awal - awal menjadi seorang ayah, saya sangat tertarik membaca artikel - artikel tentang tumbuh kembang buah hati dan salah satu artikel yang menarik adalah "Ketika anak bertanya tentang TUHAN (Allah Subhanahu Wa Ta'ala)". Banyak artikel yang membahas tentang hal tersebut, dan saya rekam di dalam memory saya sebagai bekal dan senjata jika suatu saat anak saya bertanya hal tersebut (karena saya yakin saat itu akan tiba). Saya sangat percaya diri dengan amunisi yang ada di memory (kaya mau perang aja hehehehe).
Pada suatu malam, sepulang saya bekerja semua serasa semua berjalan sebagaimana mestinya, anak saya langsung menyambut saya dengan ceria saat memasuki pintu rumah. Seperti biasa kami (saya, anak dan istri langsung berkumpul, bercanda dan bermain, hingga pada sekitar pukul 20:30 anak saya mulai merasa kantuk dan mengajak kami (saya dan istri) untuk menuju kamar tidur, sayapun berniat untuk melaksanakan sallat isya sebelum beranjak tidur dan tidak langsung mengikuti anak saya ke kamar tidur melainkan ke kamar mandi terlebih dahulu untuk mengambil wudhu, anak saya yang sudah kantuk dan tidak sabar menunggu saya terus memanggil saya yang tak kunjung menyusulnya ke kamar tidur, setelah wudhu saya langsung menuju kamar tidur untuk melaksanakan sallat, anak saya pun tersenyum melihat saya dan memerintahkan saya untuk segera berbaring di sebelahnya namun saya memberi jawaban akan melaksanakan sallat isya terlebih dahulu, mungkin karena sudah teramat lelah dan kantuk anak saya ingin saya segera berbaring untuk menemaninya tidur hingga terlontar kata "Papa jangan Awoh atuh" (Awoh = sebutan anak saya untuk sallat) saya langsung memberi pengertian seringan mungkin untuk anak 2 tahun 10 bulan "kalau kita tidak Awoh nanti Allah marah, karena yang memberi Papa uang (rezeki) untuk jajan, memberi sehat, dan jagain kita itu itu Allah" dan alhamdulillah anak saya mengerti dan berkata "owh gitu ya Pah" seraya berdiri dan menirukan gerakan papa dan mamanya di saat Sallat. Untuk informasi kami (saya dan istri) sudah mencoba memberi pengetahuan agama, surat pendek, dan doa - doa ketika melakukan sesuatu aktivitas dan alhamdulillah anak kami cepat menangkap walau lafal nya belum jelas dan masih ada yang salah.
Dalam hati, saya merasa berhasil dengan jawaban yang telah saya berikan namun dugaan saya salah, saat saya berbaring di sebelah anak saya yang bersiap untuk tidur anak saya berbalik ke arah saya dan memeluk seraya mengulang penjelasan yang saya berikan tadi sebelum sallat, kira - kira begini hasil rangkuman anak saya "beararti Awoh itu sayang kalau Rahma (nama anak saya) itu rajin Awoh (Sallat) dan nurut sama mama papa" (bahagia dan bangganya seorang ayah memiliki anak yang cerdas dan sangat kritis) namun setelah menyampaikan pemaparannya, anak saya bertanya "berarti Awoh (Allah) itu ada dimana pah?" (dalam hati saya berkata "wah ternyata perang belum usai" dan istri hanya tersenyum memperhatikan diskusi antara laki - laki berusia 28 tahun dan anak balita 2 tahun ini. Langsung saya mengeluarkan seluruh amunisi saya yang ada di memory, saya jelaskan seringan mungkin dengan maksud mudah - mudahan anak tercinta saya dapat memahami dan menjadi salah satu alasan untuk pondasi dalam beribadah dan menanamkan ilmu agama sejak dini. Tak perlu saya tulis disini penjelasan saya karena jika search google akan tampil semua jawaban jawaban saya hehehehehehe. Alhamdulillah setelah mendengarkan penjelasan saya anak saya mengajak untuk membaca doa tidur dan langsung terlelap, mungkin terlalu lelah mendengar penjelasan saya tadi hehehehehe.
Esok hari nya pun semua berjalan normal, hingga anak saya seperti biasa jika sudah merasa kantuk mengajak kami (saya dan istri) untuk menuju kamar tidur, saya pun melakukan hal yang sama yaitu melaksanakan sallat isya terlebih dahulu dan alhamdulillah anak saya sudah mengerti nampaknya dengan penjelasan kemarin, setelah Sallat saya berbaring di samping anak tercinta saya, dan anak saya mengulang pemaparannya kemarin namun di akhir pemaparan dia bertanya "berarti Awoh (Allah) itu ada dimana Pah?" (akhirnya keluar juga pertanyaan ini) saya berasumsi bahwa anak saya ini ingin mempertegas pemahamannya dengan informasi sejelas jelasnya. Nampaknya penjelasan saya yang menurut saya sudah sangat ringan masih belum bisa ditangkap sepenuhnya oleh anak 2 tahun 10 bulan dan alhamdulillah saya pun memiliki anak yang sangat kritis dan pintar. Akhirnya saya coba jelaskan semua amunisi jawaban yang ada di internet dengan ikut masuk ke dunia anak 2 tahun 10 bulan dengan semua pengalaman pengalaman yang pernah dialami oleh anak saya dan menyertakan contoh tokoh yang nyata seperti papa, mamanya atau nenek, kakek dan paman serta bibinya. Tiga hari berturut - turut anak saya tetap menanyakan hal yang sama di saat menjelang tidur, saya yakin anak saya bukannya belum paham atau mengerti tapi sedang mencari alasan yang tepat untuk memperteguh akan pemahamannya. Alhamdulillah di hari yang keempat anak saya sudah bisa paham ditandai dengan sudah bisa memberikan kesimpulan dari jawaban saya dari pertanyannya, dan saya sangat lega sekaligus bangga hingga tak terasa air mata menetes namun saya berusaha menahannya (gengsi donk di depan anak istri hehehehe).
Kesimpulan : "Ketika anak bertanya tentang TUHAN (Allah Subhanahu Wa Ta'ala)", penjelasan yang beredar di internet itu sangat membantu dan isinya bisa saya katakan benar, tapi yang menjadi permasalahan adalah kondisi dari anak - anak kita yang bertanya, karena pertanyaan ini bisa kita dapatkan kapan saja di umur anak kita yang tidak bisa ditentukan, jadi kita sebagai orang tua harus pintar - pintar dan bijak untuk menyampaikan jawaban karena bukan tidak mungkin jawaban kita sebagai orang tua yang akan menempel di benaknya sampai dewasa sebagai landasan agama dan menjalankan ibadah.
note : Terima kasih untuk Istriku yang rela setiap detiknya mendampingi tumbuh kembang Putri kami dan mengajarkan berbagai hal hingga menjadikannya anak yang pintar, kritis dan mulai mengenal Allah dan agama Islam.