Kecepatan Komputasi versus Panas

Istilah kecepatan komputasi sangat erat hubungannya dengan suatu perangkat yang disebut processor, walaupun banyak factor pendukung kecepatan komputasi yang lain selain processor. Tapi karena processor adalah inti dari semua kegiatan dari kinerja sebuah alat komputasi maka pantaslah jika kita kait eratkan hubungan antara keceptan komputasi dan piranti processor.
Processor merupakan komponen yang membutuhkan paling banyak daya input, dibandingkan komponen lain. Meskipun perkembangan teknologi terakhir, daya input yang dibutuhkan oleh VGA card juga semakin meningkat. Sebagian daya tersebut dilepaskan menjadi panas, sebagian besar dilepaskan oleh bagian processor yang melakukan fungsi switching. Terutama transistor yang jumlahnya jutaan dalam sebuah unit processor, dan jumlahnya juga semakin meningkat drastis. Dan dalam keadaan suhu yang panas maka performa dan daya tahan akan berkurang, ini adalah problematika terbesar dalam kecepatan komputasi karena semakin banyak proses yang dijalankan maka makin banyak pula daya yang dibutuhkan dan akan menghasilkan panas yang besar pula sehingga performa kecepatan komputasi akan berkurang. Hal ini juga menjadi pertimbangan utama dalam perancangan pengembangan processor. Beberapa jenis processor sengaja didesain sedemikian rupa, sehingga membutuhkan daya yang minim. Sebagai contoh, seperti pada processor mobile. Sedangkan untuk processor desktop, kebanyakan membutuhkan daya yang lebih besar dibandingkan processor mobile. Jika memperhatikan kecenderungan dari teknologi processor terdahulu hingga processor terkini, terlihat adanya tren penurunan tegangan (voltage) yang lebih rendah dari processor versi pendahulunya. Namun, hal ini memberikan konsekuensi digunakannya arus (ampere) yang lebih besar. Sedangkan untuk feature energy-saving ataupun fungsi sejenis dengan istilah yang berbeda, memang sudah mampu menekan daya yang dibutuhkan saat processor idle. Namun secara keseluruhan, konsumsi daya yang dibutuhkan sebuah processor desktop terus bertambah.
Kebanyakan produsen motherboard umumnya sudah melengkapi proteksi untuk CPU dan system motherboard. Perlengkapan ini disebut Hardware monitoring. Pengendalian dari system monitoring dilakukan oleh sebuah chip yang mengontrol seluruh sistem motherboard seperti kecepatan fan, panas/ temperature processor, voltage dan sebagainya.
Salah satu option adalah untuk memonitoring suhu processor ini sebenarnya memberikan maanfaat yang sangat berarti bagi processor. Manfaatnya adalah memberikan Warning secara dini terhadap temperature yang melebihi dari standard yang diijinkan. Tetapi pemakai pemula terkadang lupa mengaktifkan option ini dan bila suatu hari processor terjadi overheating, maka barulah menyadari manfaat option tersebut.
Untuk memprediksikan kemungkinan dari terjadinya overheating dapat disebabkan oleh beberapa hal:
  • Fan untuk pendingin CPU macet atau rusak
  • Fan menurun speednya dibawah 20% dari kecepatan standard sebelum benar benar rusak.
  • Kecepatan fan yang menurun perlahan-lahan dan mencapai 50% dibawah standard sebelumnya.
  • Terjadinya pergeseran heatsink dengan plate pendingin CPU dan Heatsink tidak menempel sempurna ke processor
  • Melakukan over voltage tetapi system pendingin (fan) tidak mendukung

Ada beberapa cara pencegahan walaupun hal ini terlalu berlebihan, tetapi mengapa tidak dicoba :
  • Memakai heatsink diatas standard, yaitu dengan menganti Heatsink yang ukurannya lebih besar. Bila suatu hari fan processor rusak, minimal dengan heatsink besar masih dapat mempertahankan temperature processor di tengah batas toleransi. Ketika fan rusak, maka heatsink besar akan menyebarkan panas keseluruhan casing dan panas tersebut akan mudah diketahui dari luar dengan memegang casing yang memiliki udara panas tidak normal keluar dari casing dan fan power supply..
  • Membuat fan cadangan pada processor. Dengan double fan, maka processor akan bekerja lebih baik dan temperature dari processor dapat ditekan seminimal mungkin.
  • Memberikan setting pada BIOS untuk menditeksi temperature yang melebihi standard. Aktifkan temperature warning dari BIOS dan set serendah mungkin. Untuk processor umumnya beroperasi baik pada maksimal temperature 45 deg. C maksimal. Dan processor akan terjadi mulfunction pada temperature 50-90 Deg. C. Temperature processor secara umum bekerja antara 28 - 45 Deg. C tergantung jenis dan teknologi yang digunakan. Seperti Pentium III coopermine akan bekerja pada panas normal untuk processor antara 35-40 deg.C dengan maksimal 60 deg. C. Dengan mengaktifkan "Warning Temperature" pada BIOS, maka bila overheating, system hardware monitoring akan memberikan peringatan suara melalui speaker computer.